ABAH DJALIL KHOTIB JUMAT DI MASJID SURYA BUANA

Kota Malang – Shalat Jumat (04/10/2013) di MTs Surya Buana terasa begitu istimewa. Bagaimana tidak, yang menjadi khotib pada saat itu adalah Drs. H. Abdul Djalil, M.Ag. Dunia pendidikan pasti sudah tidak asing lagi dengan Bapak yang satu ini. Keberhasilannya membangun MIN Malang I, MTsN Malang I, MAN 3 Malang dan kini di Perguruan Surya Buana, kian melambungkan namanya.
Tokoh pendidikan yang biasa disebut dengan abah jalil itu, menyampaikan khotbah jumat di masjid MTs Surya Buana dengan tema mengambil hikmah perjuangan Nabi Ibrahim. Abah yang kini berusia 69 tahun itu bercerita bahwa perjuangan Nabi Ibrahim begitu luar biasa, dimulai dari bagaimana Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Awalnya Nabi Ibrahim ketika melihat bintang yang bertaburan dilangit, beliau sangat takjub dengan keindahannya sehingga mengira bahwa itulah Tuhannya, tapi perkiraan itu sirna tatkala sang bintang ditutup awan. Tidak mungkin Tuhan bisa terhalangi oleh awan, “berarti itu bukan Tuhanku” kata Nabi Ibrahim . Bergantilah beliau melihat bulan. Melihat bulan yang lebih lebih besar dari pada bintang, Nabi Ibrahim mengira bahwa itulah Tuhannya. Lagi-lagi perkiraan itu lenyap seiring dengan lenyapnya bulan di pagi hari. “berarti bulan bukan Tuhanku” kata Nabi Ibrahim. Ketika melihat matahari yang lebih terang dari bulan dengan cahanya yang cukup panas, Nabi Ibrahim mengira bahwa itulah Tuhannya. Akan tetapi perkiraan Nabi Ibrahim tidak bertahan lama, pada saat malam tiba ternyata matahari juga menghilang tidak terlihat. Nabi Ibrahim merenung dan berpikir tentang fenomena alam yang beliau alami, sehingga sampailah pada satu kesimpulan bahwa Tuhannya yang sebenarnya adalah Dzat yang menciptakan bintang, bulan, matahari, dan semua makhluk yang ada di dunia ini yaitu ALLAH SWT.
Lebih lanjut Abah Djalil menyampaikan bagaimana perjuangan Nabi Ibrahim yang dibesarkan ditengah-tengah keluarga dan masyarakat penyembah berhala. Suatu hari Nabi Ibrahim pergi ke tempat berhala yang menjadi sesembahan kaumnya. Di tempat tersebut banyak berhala mulai dari yang kecil sampai dengan yang besar. Timbullah ide untuk menghancurkan berhala tersebut menggunakan kapak. Berhala yang paling besar tidak dihancurkan, akan tetapi dibiarkan dan di kalungkanlah kapak pada berhala yang paling besar tersebut. Keesokan harinya Raja Namrud sangat marah, dan mengira bahwa Nabi Ibrahim-lah yang sudah menghancurkan berhala-berhala sesembahan mereka. Dipanggilah Nabi Ibrahim, “apa benar, kamu yang menghancurkan berhala-berhala kami?” tanya Raja Namrud kepada Nabi Ibrahim. Kemudian dengan tenangnya Nabi Ibrahim menjawab “tanya saja kepada berhala yang paling besar, mungkin dia yang menghancurkan, itu ada kapak ditangannya”. sambung Nabi Ibrahim. Tentu saja jawaban Nabi Ibrahim membuat marah Raja Namrud, karena sebenarnya mereka sudah bisa berpikir bahwa tidak mungkin berhala bergerak sendiri. “sudah tahu begitu, kenapa masih disembah?” sambung Nabi Ibrahim. Sontak jawaban Nabi Ibrahim membuat tambah marah Raja Namrud. Sehingga Raja Namrud meminta bala tentaranya untuk mengumpulkan kayu bakar untuk membakar hidup-hidup Nabi Ibrahim. Berkat keyakinan Nabi Ibrahim yang begitu kuat kepada ALLAH SWT, beliau pasrah dan yakin tentang ke-Esaan ALLAH. Sehingga datanglah pertolongan ALLAH SWT yang memerintahkan kepada api yang membakar Nabi Ibrahim untuk menjadi dingin. Selamatlah Nabi Ibrahim.
Perjuangan Nabi Ibrahim tidak sampai disitu saja, sambung Abah Djalil meneruskan khutbahnya. Setelah berkeluarga sekian puluh tahun tidak dikarunia anak. Kini ujian datang kepada Nabi Ibrahim melalui putranya. Pada saat dikarunia putra yang diberi nama Ismail, ALLAH justru memerintahkan untuk menyembelih putra semata wayangnya. ALLAH SWT menguji seberapa besar iman dan taatnya Nabi Ibrahim kepada perintah-NYA. Karena Nabi Ibrahim yakin bahwa itu benar-benar perintah ALLAH maka dilaksanakanlah perintah tersebut untuk menyembelih putranya. Ditengah perjalanan Nabi Ibrahim digoda oleh setan agar mengurungkan niatnya. Nabi Ibrahim tidak menghiraukan godaan setan karena beliau yakin bahwa hal tersebut benar-benar perintah ALLAH SWT. Sehingga dilemparlah setan dengan batu kerikil. Dan peristiwa itu sampai saat sekarang diabadikan oleh setiap jamaah haji yang pergi ke tanah suci dengan lempar jumroh. Sesampainya ditempat penyembelihan, ALLAH mengganti Ismail dengan domba, sehingga disembelihlah domba tersebut. Karena memang perintah ALLAH SWT tersebut, sebenarnya untuk menguji tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim.
Abah Djalil menutup khutbahnya dengan mengajak seluruh jamaah jumat untuk meniru perjuangan dan kegigihan Nabi Ibrahim. “marilah kita tiru perjuangan Nabi Ibrahim, ketaatan beliau dalam melaksanakan perintah ALLAH SWT” sambungnya.
Sementara seluruh jamaah shalat jumat terlihat serius mendengarkan seluruh rangkain khutbah jumat dari awal sampai dengan akhir. (ar)